Cold Medusa
Friday, September 30, 2005
  Kau = Tahi
Waktu nulis ini sedang ada U2 di speaker ruang editing. tempat selama bertahun-tahun aku menghabiskan malam, kopi, rokok dan ada masa ketika aku begitu liarnya, aku menganggap kerjaanku sangat lebih nge-soul ketika aku menghabiskan malam-malam itu dengan sedikit alkohol.

Masa itu telah lewat. lewat bersama semua perang ego dan interes personal. ada egoku dan interesku di situ. dan ketika aku merasa sudah tidak mungkin lagi melanjutkan perang ini, mending aku menyingkir dulu.
bukan karena kalah. terang saja aku tidak ingin mengaku kalah. sudah sewajarnya kan aku akan membentuk sebuah mekanisme pertahanan?

Ada kalanya ketika kereta ini tidak bisa lagi melaju, aku memilih untuk breakdown dulu sebentar. take a look around dan siap siap berlari melompati jurang di depan.
Ya, suatu saat nanti, hanya akan ada aku yang di seberang jurang dan memandang ke bawah melihat dengan campur aduk perasaan antara puas, kasihan dan juga penuh kemenangan melihar semua yang pernah merasa menang terhadapku terpuruk di dasar jurang menghiba seutas tali yang dipikirnya akan kuulurkan untuk mengangkat badan penuh dosanya.

Tidak akan pernah.

Sekarang mungkin dia, orang penuh curiga itu, merasa bahwa duri itu telah dicabut dari daging busuknya. Tapi ada satu hal yang tidak pernah dia tahu.
Aku, si duri kecil tapi menyiksa itu, adalah sebuah duri kutukan yang telah terlampau muak pada semua diskriminasi gender, umur dan apa pun nama untuk segala bentuk pembedaan perlakukan dan hak.

Seumur hidupku penuh diskriminasi. satu diskriminasi tidak akan pernah mematahkanku. tapi malah akan membuat dendam ini semakin menggila. dan orang gila sepertiku jangan pernah dibiarkan memelihara dendam seperti itu. karena kalian juga tahu, ini seperti menyimpan tahi di kakus busuk selama bertahun dan parahnya kau tinggal, makan dan tidur di kakus itu.
aku bisa sangat lebih busuk daripada seribu bangsat yang berkumpul di bawah kolor kalian.

Aku berterima kasih pada Sesuatu yang selalu kalian sebut Tuhan, bahwa apa pun yang telah Dia perbuat padaku lewat makhluk nista itu adalah sebuah pecut untukku menjadi sebuah monster hidup yang akan terus menghantuinya. Lihat dan belajarlah pada semua yang kau lakukan padaku. I'll pay u triple.

Kau membuatku kehilangan satu yang membuatku bahagia, aku akan membuatmu kehilangan semua milikmu yang berharga. Ini bukan ancaman atau strategi pembunuhan. Hanya sebuah doa kecil yang akan balik menyerangmu.

Semoga kamu lebih bisa paham ketika apa pun hal buruk menimpamu, kau bisa tahu bahwa ini adalah jalan pembalasan yang lain dariku tapi bukan dari tanganku. akan ada banyak tangan yang mencekikmu di hari nanti.

dan mungkin juga tidak akan menimpa langsung padamu tapi apa pun atau siapa pun yang berharga buatmu yang akan menerima 'dosamu'
bukankah akan lebih menyakitkan melihat anakmu yang menderita karena ulahmu? Ingat anakmu pun perempuan seperti aku. dan perempuan kecilmu mungkin saja akan menerima semua diskriminasi yang pernah kau lakukan pada perempuan lagi.

Pahamkah akan nama Lingkaran Hidup? Bukankah kamu selalu merasa yang paling pintar. Harusnya kamu juga tahu bahwa INI ADALAH HUTANGMU. Dan debt collector dimana-mana selalu adalah bajingan tengik yang akan terus menguntit sampai hutang dan bungamu lunas!!!

Sudahkah kau rasakan sakitnya?
atau belum?
atau bahkan tidak akan pernah karena kamu terlalu kerdil untuk punya hati?

Enjoy ur life.... and in the end, i'll meet ur sorrow
 
Sunday, September 18, 2005
  Setan Blues... Blues Kesetanan... Aku Setan Ngeblues
Kubilang: Sampai nanti

Hatiku teriak,
Dan suara kecil dalam kepalaku mulai memainkan blues

Kalau saja aku bawa kaca

Bisa kulihat bagaimana engkau lepas aku

Tapi mungkin lebih baik tidak

Kalau lepas aku seperti
Dan semudah jarimu memindah saluran tivi

Setan kecil itu masih memainkan blues

Sayatan demi sayatan
Ingatkan aku akan sepi, kelam
Jalanan bau, gang antar gedung dan pelacur di bawah neon
Yang gemetar memoles gincu

Jam 2 pagi
Dan perutnya makin kosong
Bir dan ganja tak cukup mengenyangkan, katanya

Blues… dan blues lagi
Entah sudah berapa bar berlagu
Tapi setan kecil di kepalaku belum capek ternyata

Tak akan pernah


Seperti kota ini yang selalu menangiskan keluh dan sendiri
Tiap jam menara bergeser
Ke angka tiga

Pelacur itu menatapku
[maaf. Aku pun miskin.
Cuma kopi dan sepotong kue kalau kau mau…]

Di depan asbak dan puntung rokok
Wajah tirusnya tersamar asap

Dia punya mata seorang dokter
Menyembuhkan… paling itu menurut mata butaku

‘Kau pelacur.’
Katanya

Kesetanan aku pulang
Dengan setan blues kecil dalam kepalaku bermain trumpet
Dengan kegilaan yang luar biasa hebat

Darah mengucur dari semua lubang tubuhku
:kuping, hidung, anus
dan bahkan yang seharusnya tak mungkin berlubang,
hatiku…!!!

Ya
Aku pelacur penuh lubang
Yang telah lacurkan waktuku
Untuk sebuah lagu blues yang membunuh

.: i found it among the garbage :.

 
When you think beauty is all of that, then you may be so wrong. Beauty KILLS... But the pain is the only answer that keeps us ALIVE

Name:
Location: Jogja, Indonesia

Meski dunia sudah tidak butuh yang 'biasa' saja, tapi nyatanya aku masih orang yang BIASA. What the heck. It takes The ORDINARY to define what EXTRAORDINARY is.

Archives
March 2005 / July 2005 / August 2005 / September 2005 / October 2005 / November 2005 /


Powered by Blogger

Subscribe to
Posts [Atom]