Cold Medusa
Sunday, September 18, 2005
  Setan Blues... Blues Kesetanan... Aku Setan Ngeblues
Kubilang: Sampai nanti

Hatiku teriak,
Dan suara kecil dalam kepalaku mulai memainkan blues

Kalau saja aku bawa kaca

Bisa kulihat bagaimana engkau lepas aku

Tapi mungkin lebih baik tidak

Kalau lepas aku seperti
Dan semudah jarimu memindah saluran tivi

Setan kecil itu masih memainkan blues

Sayatan demi sayatan
Ingatkan aku akan sepi, kelam
Jalanan bau, gang antar gedung dan pelacur di bawah neon
Yang gemetar memoles gincu

Jam 2 pagi
Dan perutnya makin kosong
Bir dan ganja tak cukup mengenyangkan, katanya

Blues… dan blues lagi
Entah sudah berapa bar berlagu
Tapi setan kecil di kepalaku belum capek ternyata

Tak akan pernah


Seperti kota ini yang selalu menangiskan keluh dan sendiri
Tiap jam menara bergeser
Ke angka tiga

Pelacur itu menatapku
[maaf. Aku pun miskin.
Cuma kopi dan sepotong kue kalau kau mau…]

Di depan asbak dan puntung rokok
Wajah tirusnya tersamar asap

Dia punya mata seorang dokter
Menyembuhkan… paling itu menurut mata butaku

‘Kau pelacur.’
Katanya

Kesetanan aku pulang
Dengan setan blues kecil dalam kepalaku bermain trumpet
Dengan kegilaan yang luar biasa hebat

Darah mengucur dari semua lubang tubuhku
:kuping, hidung, anus
dan bahkan yang seharusnya tak mungkin berlubang,
hatiku…!!!

Ya
Aku pelacur penuh lubang
Yang telah lacurkan waktuku
Untuk sebuah lagu blues yang membunuh

.: i found it among the garbage :.

 
Comments: Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home
When you think beauty is all of that, then you may be so wrong. Beauty KILLS... But the pain is the only answer that keeps us ALIVE

Name:
Location: Jogja, Indonesia

Meski dunia sudah tidak butuh yang 'biasa' saja, tapi nyatanya aku masih orang yang BIASA. What the heck. It takes The ORDINARY to define what EXTRAORDINARY is.

Archives
March 2005 / July 2005 / August 2005 / September 2005 / October 2005 / November 2005 /


Powered by Blogger

Subscribe to
Posts [Atom]